(Sebuah Persembahan Untuk Yang Selalu Memanjakanku)
Hari ini ku abadikan perjalananmu 19 tahun ini
Ayah, ntah apa yang akan ku deskripsikan tentangmu kali ini
Senja di pelupuk mata kita rasakan disepanjang perjalanan
Engkau nampak gembira menceritakan ini itu disepanjang jalan
Maaf ayah, jika selama ini aku hanya bisa membuatmu cemas
Senyum-senyum mungilpun kadang muncul dari bibirku
"mengapa ayah selalu mencemaskanku, dengan usiaku yang udah mencapai 19 tahun ini ?"
Kini aku terjengah, aku sadar kasih sayangmu memang tak akan pernah usai
Ku lihat matamu tak jauh beda dengan mata yang ku lihat setaun yang lalu
Teramat kental cahaya sedu yang ada dibola matamu
Ingin rasanya aku menepi dan berteduh dihamparan keluh kesahmu ayah
Tapi engkau terlalu angkuh, tak ingin putrimu merasakan kesusahan yang engkau hadapi
Dua tahun ini memang masa-masa pait
Karna cita-citamu kembali menunaikan ibadah dengan ibunda tak kunjung datang
Apalagi engkau membawa jama'ah-jama'ah yang begitu banyak
Tetap gagah menghadapi jurang ini ayah
Kelak batupun akan melebur membuatnya menjadi debu yang tertiup angin
Jumat, 29 Mei 2015
Minggu, 24 Mei 2015
Harapan Terakhir Kawan
Mungkin engkau adalah orang kesekian yang ku buat remuk hatinya
Yang tersakiti oleh tajamnya penaku
Mungkin engkau adalah orang kesekian yang ku buat patah hatinya
Yang tersakiti oleh kejamnya sikapku
Mungkin engkau adalah orang kesekian yang ku buat pedih hatinya
Yang tersakiti oleh kerasnya prinsipku
Aku tau, mungkin untuk beberapa minggu ini engkau merasa hidupmu mati, hatimu rikih, bagaikan kehilangan degup
Aku tau, mungkin untuk beberapa minggu ini akan ada kebisingan dalam pikiranmu yang mudah diserang kesedihan berlebih
Aku tau, mungkin untuk beberapa minggu ini engkau akan terus menulis puisi , seperti tak ingin melepaskan pelukan lengan-lengan sedihmu
Maaf
Maaf
Maaf
Aku tak memberikan alasan untuk kata maafku, aku tau itu akan menambah remuk hatimu
Aku tak memberikan alasan untuk kata maafku, aku tau itu akan menambah patah hatimu
Aku tak memberikan alasan untuk kata maafku, aku tau itu akan menambah pedih hatimu
Aku berharap , rasa mati hidupmu hanya akan berselang beberapa minggu saja
Aku berharap, rasa kebisingan dalam pikiranmu hanya akan berselang beberapa minggu saja
Dan ini harapanku yang terakhir, lanjutkan menulis puisi tapi jangan kesedihanmu
Tetaplah berproses kawan, kini kau bukan kekasihku melainkan kawan, kader dan sahabat
Jadilah dewasa dan jangan lupa bahagia
Yang tersakiti oleh tajamnya penaku
Mungkin engkau adalah orang kesekian yang ku buat patah hatinya
Yang tersakiti oleh kejamnya sikapku
Mungkin engkau adalah orang kesekian yang ku buat pedih hatinya
Yang tersakiti oleh kerasnya prinsipku
Aku tau, mungkin untuk beberapa minggu ini engkau merasa hidupmu mati, hatimu rikih, bagaikan kehilangan degup
Aku tau, mungkin untuk beberapa minggu ini akan ada kebisingan dalam pikiranmu yang mudah diserang kesedihan berlebih
Aku tau, mungkin untuk beberapa minggu ini engkau akan terus menulis puisi , seperti tak ingin melepaskan pelukan lengan-lengan sedihmu
Maaf
Maaf
Maaf
Aku tak memberikan alasan untuk kata maafku, aku tau itu akan menambah remuk hatimu
Aku tak memberikan alasan untuk kata maafku, aku tau itu akan menambah patah hatimu
Aku tak memberikan alasan untuk kata maafku, aku tau itu akan menambah pedih hatimu
Aku berharap , rasa mati hidupmu hanya akan berselang beberapa minggu saja
Aku berharap, rasa kebisingan dalam pikiranmu hanya akan berselang beberapa minggu saja
Dan ini harapanku yang terakhir, lanjutkan menulis puisi tapi jangan kesedihanmu
Tetaplah berproses kawan, kini kau bukan kekasihku melainkan kawan, kader dan sahabat
Jadilah dewasa dan jangan lupa bahagia
Aku Ini Miskin
Ini teruntuk engkau kekasihku, ini yang kau minta bukan? engkau mengharapkan adanya kamu di tulisanku
Engkau tau ini bukan tulisan yang isinya bahagia
Engkau tau ini bukan kisah cinta yang biasa dijalani kaum adam hawa
Aku telah mencoba mencintaimu
Seolah aku tak pernah terluka
Aku telah mencoba nyalakan api untukmu
Seolah aku tak pernah terbakar
Dan aku telah mempertaruhkan segalanya
Seolah aku tak pernah kalah
Engkau tau aku terpaksa melakukannya
Sekarang engkau masih akan menyalahkanku?
Jika cintaku tak tulus
Jika apiku tak membara
Jika Pengorbananku tak menang
Engkau tau jawabannya mengapa tidak seperti yang kau harapkan
Engkau masuk kedalam hati yang didalam hati itu masih ada hati
Aku tak pernah melupakan cintaku
Karna aku tau bukan kamu orang yang bisa menghilangkannya
Sekarang jika engkau mengira aku telah bermain hati dengan orang lain, bukankah itu sudah kulakukan saat kita menjalinnya
Sekarang, jangan cintai aku sedalam ini !
Aku ini miskin hati
Rona muka dan manis senyum dari bibirku, hanyalah duka yang menyamar
Minggu, 10 Mei 2015
Titik Senja
Engkau adalah titik dalam sebuah deskripsi ceritaku
Yang setiap paragrafnya hanya ada spasi bukan sebuah barisan huruf atau kata
Rasa ingin menepi , itu ada
Tapi sayang sekali, aku telah masuk dalam alenia selanjutnya
Aku hadir dari sebuah ruang kosong yang diciptakan oleh spasi
Yang kehampaannya menembus senja
Tertatih-tatih jalan ku telusuri
Ragaku tersadar, senjalah yang menyamarkannya
Selasa, 05 Mei 2015
Sejarah Usang
Tepat pukul 13:00 kutemukan engkau dipinggir bibir tangga tepatnya di kampus tercinta.
Tubuhku tersontak , mataku terlalu silau untuk sekadar melihat wajah ranummu.
Setengah ragaku lenyap untuk kesekian waktu yang selalu ku impikan, hari ini lah semua itu menjadi nyata.
“ini
waktu yang tepat untuk memulai keakraban dulu!” begitu ujarku dalam hati.
Tapi ragaku
terlalu pengecut, keberanianku lenyap. Tak selaras dengan sajak yang selalu ku buat untuknya.
Ke dua mata bola tak berani bertaut, hanya saja aku tau jikalau aku dan engkau telah saling curi pandang .
Ku lihat langkah-langkah kecilmu nampak mendekatiku.
Tapi keraguanmu lebih megah meracuni pikiranmu.
Engkau memilih perlahan-lahan melangkah mundur dan mengurungkan diri untuk menyapaku.
Senyum kecil muncul dari bibirku.
"engkau
pun sama pengecutnya!" lontarku dari relung hati.
Muncul dalam
ingatanku yang begitu nyata , engkau pernah berkata:
“bisakah
kita jalan berdua dan saling mengobrol di sepanjang jalan menuju kampus
nona?”.
Ingatan yang
begitu hangat , serupa menyihir akalku melupakan status yang ku miliki.Aku yang sekarang adalah kekasih orang dan dia pun sama.
Sejarah usang yang begitu bermakna, yang begitu nyaman untuk dijadikan teduhan sajakku.
.
Langganan:
Postingan (Atom)