Minggu, 28 Juni 2015

PENSIL



Kulilitkan jemariku untuk meraih pensilku di ujung meja
Seraya ingin meluapkan perasaan jiwa yang mendera
Arang hitam di ujung kayu kini menjamah kertas di hadapanku
Mengusung akal tentang sosok yang melemahkan hati

Engkau ?
Kini pensilku telah melukiskanmu
Begitukah cinta ? selalu kokoh
Semenjak manusia tercipta, bersama itu pula cinta mengada

Pensil milikku tak benar-benar merenggut engkau
Menggetirkan jiwa, saat menggoreskannya kepada kertas
Mengapa ? pensilku menghianati akalku
Dia memilih merangkak dengan utusan hati

Sabtu, 06 Juni 2015

Bilik Kehidupan

Aku
Sungguh lucu jika pikiranku sibuk menjamahi hidupku
Dengan balutan paras yang solek 
Tapi? Apa ini?
Seolah-olah aku iblis yang menjelma menjadi peri
Aku
Aku tak mengerti tuhan
Engkau mempermainkanku menjadi lakon ini
Semacam aku hanya hidup dengan ragaku tanpa secuil hati
Seperti hidup dalam arus
Yang usang  pernah ku dengar
"Jangan jadi ikan mati, yang mengikuti arus air membawanya"
Tapi apa, aku tak mempunyai daya yang kokoh untuk menerjang
Aku
Ini bukan hal tabu
Aku sering menjumpai
Seseorang telah meninggalku
Karna ke iblisanku
Aku membiarkan orang lain pergi meninggalkanku
Karna aku telalu sibuk dengan hidupku
Menjamah pikiranku, "mengapa ? tidak bisakah untuk bersama ?"
Aku
Perempuan iblis yang melukai hati-hati kaumku
Dengan mengambil tahtanya untuk mengabdikan hidupnya padaku
Inilah aku, yang lupa akan kekejamannya yang begitu besar kepada orang lain tapi selalu mengingat kekejaman orang padahal begitu kecil padaku.
Aku
Bebal, mungkin setiap orang akan mengguncingku dengan kata itu
Aku berhenti peduli pada engkau yang mencapakkan perempuanmu
Kembalilah, yakinkan dia
Engkau hanya masuk ke dalam bilik yang salah