Kulilitkan jemariku untuk meraih pensilku di ujung meja
Seraya ingin meluapkan perasaan jiwa yang mendera
Arang hitam di ujung kayu kini menjamah kertas di hadapanku
Mengusung akal tentang sosok yang melemahkan hati
Engkau ?
Kini pensilku telah melukiskanmu
Begitukah cinta ? selalu kokoh
Semenjak manusia tercipta, bersama itu pula cinta mengada
Pensil milikku tak benar-benar merenggut engkau
Menggetirkan jiwa, saat menggoreskannya kepada kertas
Mengapa ? pensilku menghianati akalku
Dia memilih merangkak dengan utusan hati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar