Tepat pukul 13:00 kutemukan engkau dipinggir bibir tangga tepatnya di kampus tercinta.
Tubuhku tersontak , mataku terlalu silau untuk sekadar melihat wajah ranummu.
Setengah ragaku lenyap untuk kesekian waktu yang selalu ku impikan, hari ini lah semua itu menjadi nyata.
“ini
waktu yang tepat untuk memulai keakraban dulu!” begitu ujarku dalam hati.
Tapi ragaku
terlalu pengecut, keberanianku lenyap. Tak selaras dengan sajak yang selalu ku buat untuknya.
Ke dua mata bola tak berani bertaut, hanya saja aku tau jikalau aku dan engkau telah saling curi pandang .
Ku lihat langkah-langkah kecilmu nampak mendekatiku.
Tapi keraguanmu lebih megah meracuni pikiranmu.
Engkau memilih perlahan-lahan melangkah mundur dan mengurungkan diri untuk menyapaku.
Senyum kecil muncul dari bibirku.
"engkau
pun sama pengecutnya!" lontarku dari relung hati.
Muncul dalam
ingatanku yang begitu nyata , engkau pernah berkata:
“bisakah
kita jalan berdua dan saling mengobrol di sepanjang jalan menuju kampus
nona?”.
Ingatan yang
begitu hangat , serupa menyihir akalku melupakan status yang ku miliki.Aku yang sekarang adalah kekasih orang dan dia pun sama.
Sejarah usang yang begitu bermakna, yang begitu nyaman untuk dijadikan teduhan sajakku.
.
"Sebuah Tanya",Soe Hok Gie. Look it that. "?"
BalasHapus